ARTIKEL PEMBELAJARAN

Rabu, 11 Desember 2019

KALIMAT EFEKTIF


                         
PEMBAHASAN


A.   Pengertian Kalimat Efektif
      
        Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
       Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1.   Rahayu
      Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca.
2.   Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan
       Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.
3.   Arifin
       Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
4.   Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi
       Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dengan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

B.   Ciri-ciri Kalimat Efektif

1.    Kesejajaran
       Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
         Contoh:   Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
        1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

2.    Kehematan
       Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Contoh:  Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

3.   Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
 Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
a..Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
        b..Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
   Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
        a. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
        b. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
        c. Bisakah dia menyelesaikannya?
   Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
  Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
         a.  Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
         b  Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

4.   Kelogisan
     Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

5.   Kesepadanan
      Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, yaitu:
* Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
       Contoh:
       a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
       b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
       * Tidak terdapat subjek yang ganda.
        Contoh:
        a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
        b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
        a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
        b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
        * Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
         Contoh:
          a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
          b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
          a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
              Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
          b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
              Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
           * Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
           Contoh:
           a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
           b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
 Perbaikannya adalah sebagai berikut:
           a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
           b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
 
6.  Keparalelan
      Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
     Contoh:
     a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
     b.Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

7.    Ketegasan
        Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
     Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
         Contoh:
          Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
         Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
     ● Membuat urutan kata yang bertahap
          Contoh:
          Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada  anak-anak terlantar.
Seharusnya:
          Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
     ● Melakukan pengulangan kata (repetisi).
            Contoh:
            Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
        Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
           Contoh:
           Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
        Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
           Contoh:
           Saudaralah yang bertanggung jawab.

8.    Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
       Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
       a.  Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
       b.  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
  Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi:
      Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

9.  Kepaduan
     Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
     a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
        simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
       Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
      b.Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
         kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
             • Surat itu saya sudah baca.
             • Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
              Surat itu sudah saya baca
               Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
         c. .Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
              antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
               Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
                 Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
                Mereka membicarakan kehendak rakyat.
                Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

C.   Syarat-syarat Kalimat Efektif
       Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif yaitu:
       1. Sesuai EYD
      Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak tepat ejaannya.
        2. Sistematis
      Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.
        3. Tidak Boros dan Bertele-tele

      Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.
          4. Tidak Ambigu
      Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.

D.    Struktur Kalimat Efektif
        Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab  kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
       Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.    Buat Papa menulis surat saya.
2.    Surat saya menulis buat Papa.
3.    Menuis saya surat buat Papa.
4.    Papa saya buat menulis surat.
5.    Saya Papa buat menulis surat.
6.    Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

E.   Unsur Unsur Kalimat
      Adapun unsur-unsur kalimat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
      1. Subjek
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, subjek atau subyek merupakan suatu bagian klausa yang menandai apa yang hendak dibicarakan oleh pembicara atau pengarang. Secara sederhana, subjek disebut dengan pokok kalimat. Subjek sendiri dapat berbentuk jenis-jenis kata benda, atau bisa juga berbentuk contoh frasa nomina.

       Contoh:
      ▪Ibu sedang berbelanja ke pasar. (Ibu= subjek yang berbentuk kata kerja).
      ▪Ayah Andi bekerja di perusahaan multinasional. (Ayah Andi= subjek yang berbentuk frasa nomina).
       2. Predikat
     Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, predikat merupakan bagian kalimat yang menandai apa yang hendak diucapkan oleh pembicara atau penulis tentang subjek. Predikat biasanya diletakkan setelah subjek. Biasanya, predikat dapat berupa jenis-jenis kata kerja atau contoh frasa verba dalam bahasa Indonesia.
         Contoh:
       ▪Adik bermain bola. (bermain= predikat yang berbentuk kata kerja).
       ▪Adik sedang bermain bola. (sedang bermain= predikat yang berbentuk frasa verba).
      3. Objek
     Objek merupakan unsur kalimat yang diletakkan setelah subjek. Objek biasanya digambarkan sebagai korban yang dikenai perbuatan oleh subjek. Dalam kalimat pasif, objek biasanya dileakkan di awal kalimat menggantikan posisi subjek. Sementara itu, dalam kalimat intransitif dan kalimat semitransitif, unsur kalimat ini tidak digunakan sama sekali, dan fungsinya digantikan oleh unsur pelengkap dan keterangan. Sama seperti subjek, objek sendiri juga dapat berupa kata benda ataupun frasa nomina.
          Contoh:
          ▪Agus sedang membacakan puisi. (puisi= objek yang berbentuk kata kerja).
          ▪Maya sedang mengerjakan PR Matematika. (PR Matematika= objek yang berbentuk frasa nomina).
      4. Pelengkap
     Menurut laman Wikipedia, pelengkap atau komplimen merupakan unsur kalimat yang letaknya berada di sebelah objek atau bisa juga diletakkan di sebelah kalimat jika kalimat itu merupakan kalimat intransitif dan semitransitif yang tidak membutuhkan keberadaan objek di dalamnya. Pelengkap seringkali disamakan dengan objek, bahkan dengan keterangan. Padahal, pelengkap mempunyai perbedaan dengan objek maupun keterangan.
      Salah satu cara membedakan pelengkap dan objek adalah dengan melihat kata atau frasa yang ada setelah predikat. Jika kata yang ada di sebelah predikat itu adalah kata benda atau frasa nomina, maka dipastikan bahwa itu adalah objek. Dengan demikian, kata atau frasa selain itu adalah pelengkap. Sementara itu, salah satu cara membedakan pelengkap dan keterangan adalah dari segi posisi kedua unsur tersebut. Posisi unsur pelengkap terletak di sebelah predikat atau objek dan tidak bisa dipindah ke posisi lainnya, sedangkan keterangan posisinya bisa di sebelah objek, predikat, pelengkap, bahkan di awal kalimat sekali pun. Pelengkap sendiri dapat berupa klausa dalam bahasa Indonesia, frasa verba, contoh frasa adjektiva dalam kalimat, kata benda atau pun contoh frasa preposisional dalam bahasa Indonesia.
     Contoh:
      ▪Andi mengatakan bahwa baju itu adalah kepunyaannya. (baju itu adalah kepunyaannya=  pelengkap yang berbentuk klusa).
      ▪Wajah Andi terlihat begitu murung. (begitu murung= pelengkap yang berbentuk frasa adjektiva).
       5. Keterangan
      Seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, bahwa keterangan merupakan unsur kalimat yang dapat diletakkan setelah pelengkap, objek, predikat, dan bahkan di awal kalimat sekalipun. Adapun definisi keterangan sendiri–yang dikutip dari KBBI–adalah jenis-jenis kata atau kelompok kata yang menerangkan kata atau bagian kalimat lainnya. Keterangan atau jenis-jenis kata keterangan dapat berupa keterangan tempat, waktu, cara, dan sebagainya.
       Contoh:
      ▪Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (di pasar= keterangan tempat).
       ▪Amalia mengerjakan tugas sekolah di malam hari. (di malam hari= keterangan waktu).


                                                                       

0 komentar:

Posting Komentar