A. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat
sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam
hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya.
Efektif
mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai
pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan
penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu
pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Rahayu
Kalimat
efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif,
gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami,
serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca.
2. Akhadiah, Arsjad,
dan Ridwan
Kalimat efektif
adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat.
3. Arifin
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
4. Nasucha, Rohmadi,
dan Wahyudi
Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang
dapat menyampaikan informasi dengan informasi tersebut mudah dipahami oleh
pembaca.
Dari
beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif
yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif
adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca.
B. Ciri-ciri Kalimat
Efektif
1. Kesejajaran
Memiliki
kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara
predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-,
sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan
di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak
menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak
itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
2. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan
kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang
berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Contoh: Bunga-bunga
mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak
perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
3. Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
● Mengubah posisi dalam
kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
a..Harapan
kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
b..Pada
kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
● Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat
dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
a. Saudaralah yang harus bertanggung jawab
dalam soal itu.
b. Kami pun
turut dalam kegiatan itu.
c. Bisakah dia
menyelesaikannya?
● Menggunakan repetisi, yakni dengan
mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan
murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan
adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
● Menggunakan
pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
a. Anak
itu tidak malas, tetapi rajin.
b Ia
tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
4. Kelogisan
Kalimat efektif
harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus
memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan
tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus
diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
5. Kesepadanan
Yang dimaksud
dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan
gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, yaitu:
*
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja
membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini
harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
* Tidak
terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan
laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu
saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam
menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu
bagi saya kurang jelas.
* Kalimat
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami
datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah
ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut:
a. kami
datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena
itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda.
Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
* Predikat kalimat tidak didahului
oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah
kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah
sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu.
b. Sekolah
kami terletak di depan bioskop Gunting.
6. Keparalelan
Yang dimaksud
dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk
kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan
dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
7. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau
penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah
kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
● Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan
kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah
posisi kalimat.
● Membuat urutan
kata yang bertahap
Contoh:
Bukan
seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan
seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
● Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka
kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
● Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Contoh:
Anak itu
tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
● Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
8. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan
Kata
Yang dimaksud
dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu
menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima
ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang,
seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
▪ Yang diceritakan
menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah
menjadi:
Yang diceritakan
ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
9. Kepaduan
Yang dimaksud
dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang
padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh
karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan
yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia
dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b.Kalimat yang
padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
Contoh:
• Surat itu saya sudah baca.
• Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
•
Surat itu sudah saya baca
• Saran yang dikemukakannya akan kami
pertimbangkan.
c. .Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
• Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
• Makalah ini akan membahas tentang desain
interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
• Mereka membicarakan kehendak rakyat.
• Makalah
ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
C. Syarat-syarat Kalimat Efektif
Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah
kalimat dapat dikatakan efektif yaitu:
1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat
efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata baku pun
mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.
2. Sistematis
Sebuah kalimat
paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat, kemudian
ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika
memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di
awal kalimat.
3. Tidak Boros
dan Bertele-tele
Jangan sampai
kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan terkesan
bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas
agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.
4. Tidak
Ambigu
Syarat kalimat
efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari
pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari
kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.
D. Struktur Kalimat
Efektif
Struktur
kalimat efektif haruslah benar. Kalimat
itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya
kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk
dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau
kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah.
Jadi, kalimat
efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa.
Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa
menulis surat saya.
2. Surat saya
menulis buat Papa.
3. Menuis saya
surat buat Papa.
4. Papa saya buat
menulis surat.
5. Saya Papa buat
menulis surat.
6. Buat Papa surat
saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun
terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai
unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain
tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan
terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya
adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa
selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
E. Unsur Unsur Kalimat
Adapun
unsur-unsur kalimat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Subjek
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, subjek atau subyek merupakan suatu bagian klausa yang
menandai apa yang hendak dibicarakan oleh pembicara atau pengarang. Secara
sederhana, subjek disebut dengan pokok kalimat. Subjek sendiri dapat berbentuk
jenis-jenis kata benda, atau bisa juga berbentuk contoh frasa nomina.
Contoh:
▪Ibu sedang
berbelanja ke pasar. (Ibu= subjek yang berbentuk kata kerja).
▪Ayah Andi
bekerja di perusahaan multinasional. (Ayah Andi= subjek yang berbentuk frasa nomina).
2. Predikat
Masih menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, predikat merupakan bagian kalimat yang menandai
apa yang hendak diucapkan oleh pembicara atau penulis tentang subjek. Predikat
biasanya diletakkan setelah subjek. Biasanya, predikat dapat berupa jenis-jenis
kata kerja atau contoh frasa verba dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
▪Adik bermain
bola. (bermain= predikat yang berbentuk kata kerja).
▪Adik sedang
bermain bola. (sedang bermain= predikat yang berbentuk frasa verba).
3. Objek
Objek merupakan
unsur kalimat yang diletakkan setelah subjek. Objek biasanya digambarkan
sebagai korban yang dikenai perbuatan oleh subjek. Dalam kalimat pasif, objek
biasanya dileakkan di awal kalimat menggantikan posisi subjek. Sementara itu,
dalam kalimat intransitif dan kalimat semitransitif, unsur kalimat ini tidak
digunakan sama sekali, dan fungsinya digantikan oleh unsur pelengkap dan
keterangan. Sama seperti subjek, objek sendiri juga dapat berupa kata benda
ataupun frasa nomina.
Contoh:
▪Agus sedang
membacakan puisi. (puisi= objek yang berbentuk kata kerja).
▪Maya sedang
mengerjakan PR Matematika. (PR Matematika= objek yang berbentuk frasa nomina).
4. Pelengkap
Menurut laman
Wikipedia, pelengkap atau komplimen merupakan unsur kalimat yang letaknya
berada di sebelah objek atau bisa juga diletakkan di sebelah kalimat jika
kalimat itu merupakan kalimat intransitif dan semitransitif yang tidak
membutuhkan keberadaan objek di dalamnya. Pelengkap seringkali disamakan dengan
objek, bahkan dengan keterangan. Padahal, pelengkap mempunyai perbedaan dengan
objek maupun keterangan.
Salah satu cara
membedakan pelengkap dan objek adalah dengan melihat kata atau frasa yang ada
setelah predikat. Jika kata yang ada di sebelah predikat itu adalah kata benda
atau frasa nomina, maka dipastikan bahwa itu adalah objek. Dengan demikian,
kata atau frasa selain itu adalah pelengkap. Sementara itu, salah satu cara
membedakan pelengkap dan keterangan adalah dari segi posisi kedua unsur
tersebut. Posisi unsur pelengkap terletak di sebelah predikat atau objek dan
tidak bisa dipindah ke posisi lainnya, sedangkan keterangan posisinya bisa di
sebelah objek, predikat, pelengkap, bahkan di awal kalimat sekali pun.
Pelengkap sendiri dapat berupa klausa dalam bahasa Indonesia, frasa verba,
contoh frasa adjektiva dalam kalimat, kata benda atau pun contoh frasa
preposisional dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
▪Andi mengatakan
bahwa baju itu adalah kepunyaannya. (baju itu adalah kepunyaannya= pelengkap yang berbentuk klusa).
▪Wajah Andi
terlihat begitu murung. (begitu murung= pelengkap yang berbentuk frasa
adjektiva).
5. Keterangan
Seperti yang
dijelaskan di poin sebelumnya, bahwa keterangan merupakan unsur kalimat yang
dapat diletakkan setelah pelengkap, objek, predikat, dan bahkan di awal kalimat
sekalipun. Adapun definisi keterangan sendiri–yang dikutip dari KBBI–adalah
jenis-jenis kata atau kelompok kata yang menerangkan kata atau bagian kalimat
lainnya. Keterangan atau jenis-jenis kata keterangan dapat berupa keterangan
tempat, waktu, cara, dan sebagainya.
Contoh:
▪Ibu membeli
sayur-sayuran di pasar. (di pasar= keterangan tempat).
▪Amalia
mengerjakan tugas sekolah di malam hari. (di malam hari= keterangan waktu).







0 komentar:
Posting Komentar